Tak sehari aku celik tanpa melihat kamu
Aku senyum dengan tingkahmu
Aku tertawa sendiri dengan keletahmu
Aku jadi kagum dengan Dia yang mencipta kamu
Aku bisa tak terkedip hanya dengan melihat kamu
Tapi aku cuma mampu tonton kamu dari duduk tempatku
Ahh mengapa cuma sekadar lewat kaca itu
Mengapa wujud kaca yang manusia kira jadi batas laku
Tapi terlupakah
Tanpa kaca itu, medium apa lagi bisa menghubungkan aku dengan kamu
Tidak, aku takkan mungkin lupa
Kalau tidak si geliga Baird itu yang cipta kaca penuh leka ini
Mungkin saja nama kamu tidak akan wujud pun
Meski puas aku carik celahan helai demi helai memori aku
Ya, aku arif itu
Aku cuma kenal kamu lewat sekeping kaca itu
Dan kamu
Wujudnya aku pun di luar batas ketahuan kamu